Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya (Amsal 27:17)

“Siapa kita….?” dijawab dengan meriah oleh segenap peserta “KEP 19…!! “, setelah pujian dan doa pembukaan, pengajaran KEP pun dimulai.

Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) kini memasuki angkatan ke-19. Padahal paroki kita, yang baru-baru ini merayakan Hari Ulang Tahun, baru berumur 18 tahun. Berarti KEP sudah dimulai terlebih dahulu. Apa kiranya yang membuat kursus ini begitu penting sehingga umat kita pada saat itu sudah menyelenggarakan KEP angkatan ke-1, walau Parokinya masih dalam proses pendirian dan bangunan gereja nya juga belum ada?

Kebetulan saya pernah bertemu seorang alumni/lulusan KEP angkatan ke-1. Dulu saat bertemu dengannya beberapa tahun lalu, bermaksud mengajaknya mendaftar jadi peserta KEP, eh… ternyata ibu ini sudah pernah ikut KEP, bahkan tidak tanggung-tanggung, dia adalah alumni KEP angkatan ke-1!

Dia berkomentar “Ikut KEP bagus ! kita jadi tahu seharusnya bagaimana menjadi orang Katolik !” kata-kata ini membuat saya terkesima.

Pada edisi Zaitun ini, mari kita mengenal: Apa itu KEP ?

Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) adalah suatu kursus yang terselenggara berkat kerjasama Paroki dengan Sekolah Evangelisasi Pribadi (SEP) Shekinah. SEP berada dibawah koordinasi  BPK-PKK KAJ (Badan Pelayanan Keuskupan Pembaruan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta).

Beberapa tahun lalu, dalam suatu rekoleksi KEP se-KAJ diinformasikan bahwa ada 53 Paroki KAJ yang menyelenggarakan KEP, dan bahkan KEP juga telah meluas ke luar KAJ.

Menjawab pertanyaan Apa itu KEP? menurut saya, dapat dijelaskan dengan ringkas sebagai berikut:

  1. KURSUS

Disebut kursus karena pengajar, bahan pelajaran, metode dan segala sesuatu sudah disiapkan dengan sebaik-baiknya, sistematis, dan efektif. Kursus dimulai pada tanggal tertentu dan selesai pada tanggal tertentu. Pendek kata, gambarannya seperti ini: kalau mau cepat bisa berenang, ikutilah kursus berenang; kalau belajar sendiri, lama bisanya atau bahkan tetap gak bisa.

  1. EVANGELISASI

Evangelisasi berarti melalui pengaruh Injil/Kabar Baik Yesus, merubah manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (ref.: ensiklik Evangelii Nuntiandi)

  1. PRIBADI

Kata pribadi berarti mengajak peserta untuk mulai lebih dahulu menerima dan menghayati Kabar Baik Injil di dalam dirinya sendiri, dan untuk mengalami perubahan. Seorang ayah menjadi ayah yang baik, seorang anak menjadi anak yang baik, dst.

Kemudian, terutama melalui teladannya, membawa Kabar Baik kepada sesama secara perorangan, pribadi ke pribadi, pertama-tama kepada orang terdekat yaitu keluarga. Bukan untuk menjadi guru agama atau pewarta mimbar.

Dari pengalaman saya ikut KEP, yang amat berkesan adalah sharing pengalaman iman dari para pengajar. Hampir setiap bab pengajaran dibawakan oleh pengajar yang berbeda. Ibarat nonton film–baik di bioskop atau Netflix–film yang diangkat dari true story dihargai lebih tinggi oleh penonton karena kita tahu kisah ini adalah kisah nyata. Pengalaman iman dari para pengajar ini begitu unik dan sungguh meneguhkan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup, setia, dan menyelamatkan.

Testimoni dari para peserta KEP sungguh mengagumkan 🙂

Sebagian besar bercerita pada awalnya tidak niat untuk ikut. Mereka diajak, didaftarkan teman, serta macam-macam cerita dan motivasi awalnya, sampai akhirnya mereka hadir di kursus. 

Selama mengikuti kursus dan retret, pengalaman iman yang mereka bagikan sungguh unik dan luar biasa. 

Mengingatkan kita satu ayat yaitu Amsal 27:17, “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Di pasar kita lihat penjual daging selalu mengasah pisaunya dengan sepotong besi pengasah (besi menajamkan besi).  Pisau menjadi tajam dan berguna. Seperti itu pula suatu kursus (banyak kursus di Gereja kita: ada KEP, BL-KEP, EJ, dan sebagainya) berbekal kerendahan hati pesertanya, akan membuat hidup menjadi lebih berguna (untuk anak, orangtua, pasangan, keluarga, sesama yang terdekat).

Ada perasaan menyesal, kenapa tidak ikut KEP sejak awal. Kalau saja seperti ibu yang saya temui, sudah ikut KEP sejak angkatan ke-1, tentu sudah mengalami pembaruan dan sukacita sejak dulu (sudah sejak 19 tahun yang lalu loh!).

Teringat dengan pepatah, “Waktu terbaik yang kedua adalah… sekarang”. Ibarat menanam pohon di halaman rumah: waktu terbaik menanam pohon adalah tiga atau empat tahun lalu, pastinya sekarang pohon sudah besar, rindang, bahkan sudah berbuah. Namun saya lalai, pohon belum ditanam. Lalu, kapan waktu terbaik yang kedua? Jawabannya adalah, “Sekarang!”

Jadi, mari ikut KEP, jangan tunda untuk mengalami sukacita karena, “Ikut KEP bagus! kita jadi tahu seharusnya bagaimana menjadi orang Katolik!”

Dan, setiap kali Anda melihat pisau di rumah atau melihat tukang daging di pasar, ingat Amsal 27:17; supaya hidup anda mengalami pembaruan dan semakin berguna dengan cara mengikuti kursus-kursus di Gereja.

Shalom. Tuhan memberkati.

Sekilas Tentang Penulis