Pada Sabtu, 7 Oktober 2023, Komunitas Kerahiman Ilahi St. Matias Rasul menyelenggarakan Seminar Kerahiman Ilahi dengan tema “Lukisan dan Pesta Kerahiman Ilahi: Hadiah Tuhan bagi Segenap Dunia”. Acara bertempat di Aula Gedung Serbaguna Maria Ratu Rosari dan dibawakan oleh seorang perintis pewartaan Kerahiman Ilahi di Indonesia yaitu Stefan Leks. Berikut kilasannya.

Amanat dari Rm. Aloysius Yus Noron, Pr.

Dalam sambutannya, Rm. Aloysius Yus Noron, Pr. atau yang kerap disapa Romo Yus berpesan agar peserta seminar bisa menyerap hal baru yang akan disampaikan oleh Stefan Leks, sekaligus dapat mengungkapkannya dalam kehidupan beriman. Romo Yus lalu bercerita bahwa ia pernah berkesempatan pergi ke kota Krakow di Polandia dan mengunjungi sebuah biara yang indah, tempat Santa Faustina dulu tinggal. Di sana, Romo Yus merasakan bagaimana Santa Faustina disentuh oleh Allah melalui Bunda Maria dan Tuhan Yesus. Walaupun Santa Faustina hidup sederhana, ia tangguh dalam kehidupan rohani. Hal ini menjadi suatu kegembiraan bagi Gereja.

Sebagai penutup, Romo Yus berharap agar umat dapat semakin berkembang, bertumbuh, dan berbuah dengan memiliki kehidupan beriman yang tangguh. Setelah itu, Romo Yus sebagai Pastor Kepala Paroki Kosambi Baru membuka seminar secara resmi dengan memberikan berkat. Acara lalu dilanjutkan dengan Doa Koronka bersama.

Kerahiman Ilahi dan Santa Faustina yang papa

Mengawali pemaparannya, Stefan Leks mengaitkan Hari Peringatan St. Faustina (5 Oktober)–yang di tahun 2023 merupakan peringatan ke-85 tahun- dan Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Ratu Rosario (7 Oktober) dengan berkata bahwa Santa Faustina mempunyai devosi yang sangat besar kepada Bunda Maria. Santa Faustina terbiasa untuk berdoa Salam Maria sebanyak 1000 kali sehari selama novena menyambut Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (8 Desember). Jadi, ia berdoa Salam Maria sebanyak 9000 kali selama novena sembilan hari itu berlangsung. (BHSF 1413)

Santa Faustina adalah pribadi sederhana yang lahir dari keluarga miskin dan hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 3 SD. Namun, karena kepapaannya itulah, ia dipilih oleh Yesus menjadi Rasul Kerahiman untuk mengingatkan dunia secara khusus tentang misteri kerahiman-Nya. Terlebih lagi, Santa Faustina menerima panggilan sebagai biarawati pada abad ke-20 (abad modern). “Ini adalah ‘tanda dari surga’”, ujar Stefan Leks. 

Maksudnya, biasanya Allah bertindak berbeda dari yang dipikirkan manusia yaitu dengan memanggil orang-orang yang sederhana, tidak pintar, lemah, sakit-sakitan, tidak mempunyai kedudukan penting, dan sebagainya. Contohnya adalah Simon Petrus dan rasul lain yang lari kocar-kacir dari Golgota karena lemah atau ketakutan. Namun, justru mereka–yang juga tidak pintar teologi dan menulis–membuat Gereja menjadi hidup dan tumbuh dengan subur di seluruh dunia hingga saat ini.

Stefan Leks juga mengajak para peserta seminar agar berani mewartakan Kerahiman Ilahi kepada seluruh dunia (bukan kepada orang Kristiani saja), yakni dengan meneladani Santa Faustina. Meskipun mungkin tidak cakap dalam berkata-kata (berkatekese), para peserta hendaknya tetap teguh dalam perbuatan baik (rendah hati, sabar, lemah-lembut), bertekun dalam doa, dan mengandalkan Tuhan sepenuhnya.

Gambar Yesus Kerahiman Ilahi

Gambar Yesus Kerahiman Ilahi menurut Stefan Leks bukanlah sebuah karya seni seperti berbagai versi gambar Yesus yang ada. Gambar Yesus Kerahiman Ilahi ini unik dan tiada duanya. Gambar itu ada dan tercipta karena perintah Tuhan (BHSF 47). Ada beberapa keanehan terkait pelukisan gambar Kerahiman ini. Karena tidak bisa melukis, Suster Faustina dipertemukan dengan pelukis Eugene Kazimierowski, seorang kenalan dari Pastor Mikail Sopocko. Eugene Kazimierowski sendiri tidak tahu apa-apa tentang Kerahiman Ilahi dan tidak pernah melukis Yesus sebelumnya. 

Setelah lukisan selesai di tahun 1934, Suster Faustina sangat sedih karena hasilnya tidak seindah Yesus yang ia saksikan. Namun, Yesus berkata kepada Suster Faustina, “Bukan dalam indahnya warna, bukan pula dalam bagusnya kuas terletak kebesaran gambar ini, tetapi dalam rahmat-Ku (BHSF 313). 

“Yesus tidak menuntut presisi atau keindahan gambar-Nya, tetapi yang lebih penting adalah gambarnya itu sendiri, yang mengalirkan rahmat-Nya ke dalam hati setiap orang yang menghormati gambar Kerahiman Ilahi itu,” ujar Stefan Leks.

“Bukan dalam indahnya warna, bukan pula dalam bagusnya kuas terletak kebesaran gambar ini, tetapi dalam rahmat-Ku“ 

(BHSF 313)

Selanjutnya, Stefan Leks menganjurkan agar manusia lebih sering memandang gambar Kerahiman Ilahi. Dengan menatap saja, kita sudah menghormati dan berkontemplasi. Ada tulisan ‘Yesus, Engkau Andalanku’. Gestur tangan kanan Yesus yang memberkati (bukan gestur mengusir) siapa saja yang mau datang kepada-Nya. Ada dua sinar yang melambangkan darah dan air yang dapat diartikan sebagai Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat yang memancar dari dalam lubuk hati Yesus (ditunjuk oleh tangan kiri-Nya). Kaki Yesus yang melangkah, berjalan menghampiri kita, dan telanjang. Dalam tradisi Yahudi, hanya seorang hamba/ pelayan/ jongos yang bertelanjang kaki. Yesus datang untuk melayani kita yang berdosa. 

Stefan Leks berkesimpulan bahwa gambar Yesus Kerahiman Ilahi merupakan hadiah dan sekaligus harta rohani yang dikaruniakan Tuhan. Bukan hanya kepada Gereja, melainkan juga kepada seluruh dunia (semua jiwa).

Pesta Kerahiman Ilahi

Mengenai Pesta Kerahiman Ilahi, Tuhan Yesus bersabda kepada Santa Faustina, “…Itulah sebabnya Aku menghendaki gambar itu diberkati secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah dan Aku menghendaki gambar itu dihormati secara publik supaya setiap jiwa dapat mengenalnya…” (BHSF 341). “…Katakan kepada bapak pengakuanmu bahwa gambar [Kerahiman Ilahi] itu harus dipajang di gereja, bukan dalam klausura di biara itu. Melalui gambar itu, Aku akan memberikan banyak rahmat kepada jiwa-jiwa. Oleh karena itu, biarlah setiap jiwa mendapat kesempatan untuk menghampirinya.” (BHSF 570).

Menurut Stefan Leks, di sini Yesus tidak membatasi hanya orang Katolik, tetapi siapa saja yang datang menghampiri bisa mendapat rahmat kerahiman Allah. Apakah Yesus yang Mahakuasa tidak bisa memberi pengampunan kepada yang bukan Kristen? Bukankah itu kerinduan hati-Nya agar semua manusia terselamatkan? Stefan Leks berharap agar semua gereja dan rumah-rumah orang Kristen yang mengetahui gambar Yesus Kerahiman Ilahi, bisa memajang dan menunjukkannya kepada dunia sampai kedatangan Yesus yang kedua kalinya.

“…Itulah sebabnya Aku menghendaki gambar itu diberkati secara meriah pada hari Minggu pertama sesudah Paskah dan Aku menghendaki gambar itu dihormati secara publik supaya setiap jiwa dapat mengenalnya…” 

(BHSF 341)

Sekilas Tentang Penulis