“Yerusalem… Yerusalem… Lihatlah Rajamu, Hosana, Salibkan Dia! Salibkan Dia!”

Cuplikan adegan film The Passion of the Christ ini diputar di tengah kotbah Frater L. Bima Sakti Laiyanan pada Misa Minggu Palma pagi pukul 06:00 WIB. Misa tersebut dipimpin oleh RD Silvester Hari Pamungkas di Gereja St. Matias Rasul, Paroki Kosambi Baru. 

Adegan itu mau menggambarkan bahwa orang-orang yang bersorak “Yerusalem… Yerusalem… Lihatlah Rajamu” adalah mereka yang juga berteriak “Salibkan Dia! Salibkan Dia!”. Orang-orang yang sebelumnya mengelu-elukan Yesus sembari melambaikan daun palma itu kini menuntut agar Yesus disalibkan. 

Mengapa orang-orang yang sebelumnya mendengarkan ajaran Yesus dan menyaksikan banyak mukjizat itu bisa berubah membenci Yesus? Orang-orang Yahudi dihasut dan dipengaruhi oleh imam-imam kepala untuk menyingkirkan Yesus. Berbagai tuduhan dilontarkan kepada Yesus, walaupun tidak terbukti. Meski begitu, karena kebencian dan iri hati, serta demi kepentingan pribadi yang berkuasa, maka Yesus dikorbankan. Orang-orang Yahudi melupakan ajaran baik dari Yesus dan mengikuti hasutan para imam kepala. 

Pemberkatan Daun Palma oleh RD Sylvester Hari Pamungkas (foto by Anthony Leonard)

Sebagai orang beriman, kita kadang jatuh pada hasutan. Ketika kondisi baik-baik saja, kita mungkin mudah mengampuni dan menerima ajaran Tuhan. Namun, ketika situasinya sedang tidak baik, kita mudah tergiring oleh suara godaan iblis untuk membenci Yesus. Godaan itu lebih enak dan sering kali menjadi jalan pintas. 

Dalam kehidupan berumah tangga misalnya, terkadang kita menghadapi situasi relasi yang sulit, stuck, atau toxic. Tentu tidak mudah menghadapi situasi seperti ini. Demikian juga dalam pelayanan, kita sering mendapat cibiran dan suara sumbang yang mungkin ada karena rasa iri. 

Yesus menjadi teladan. Yesus adalah pribadi yang taat saat menghadapi tantangan dan kesulitan. Meminjam istilah anak muda zaman sekarang, kita perlu belajar ilmu padi yakni makin berisi makin merunduk. Semakin berisi, kita perlu semakin rendah hati. Yesus telah mengambil rupa sebagai hamba, bukan bangsawan. Ia menjadi sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. 

 

Misa Palma pagi berlangsung dengan khidmat. Passio atau pembacaan kisah sengsara Yesus dibacakan oleh Vania, Bella, dan Frater Bima. Pastor Silvester juga memberi catatan bahwa bacaan passio pagi itu menggunakan versi singkat dari Injil Markus. Bukan karena mau cepat-cepat, melainkan agar dapat memberi kesempatan pada umat yang akan misa pada jadwal berikutnya supaya tidak stuck di area parkir.  

Sekilas Tentang Penulis