Apa yang Kita Buat Dalam Kegembiraan Suasana Paskah?
Saudara-saudari yang terkasih,
Haleluya… Tuhan telah bangkit. Itulah kegembiraan para murid ketika melihat Sang Guru mereka, Yesus, tampak ada bersama mereka. Ada rasa gembira, bahagia, dan haru yang tak terhingga. Kesedihan, ketakutan, dan ketidakpastian selama penderitaan yang mereka alami, sekarang berubah menjadi semangat dan sukacita.
Baik Maria Magdalena maupun kedua orang murid yang pulang ke kampung mereka karena kecewa, semua berubah menjadi sukacita. Yesus, Guru mereka telah bangkit.
Bagi kita saat ini, perayaan syukur dan meriah kita rasakan bersama. Hal itu terlihat jelas dari gereja kita. Selama masa Prapaskah, lagu-lagu Puji Syukur memiliki irama kesedihan dan keprihatinan. Dekorasi pun tidak ada.
Namun, saat merayakan Paskah, sukacita tampak dalam lagu-lagu dan dekorasi yang menunjukkan kegembiraan, sukacita, dan penuh harapan. Pesta Paskah bukan hanya kita rasakan kegembiraannya dalam paroki kita, melainkan juga dirasakan oleh umat Katolik di seluruh dunia. Gereja universal mengalami sukacita dan kebangkitan. Hidup baru yang ditawarkan Allah melalui Yesus Kristus, kita terima dengan penuh gairah dan kebahagiaan.
Apa yang kita buat dalam kegembiraan suasana Paskah?
Kedua murid Yesus yang pulang ke kampung mereka di Emaus berbalik ke Yerusalem dengan membawa warta gembira. Yesus mengiringi perjalanan kesedihan dan kerapuhan mereka, serta membawa mereka untuk kembali ke Yerusalem (Luk. 24:13-35). Maria dari Magdala yang sudah patah semangat karena kematian Sang Guru diminta kembali menemui para Rasul untuk memberi semangat dan kebahagiaan (Yoh. 20:18). Itulah gambaran kegembiraan yang terpancar dalam diri mereka seperti yang digambarkan dalam kitab suci.
Diri kita sebagai pengikut-pengikut Yesus zaman sekarang diajak untuk mewartakan kebangkitan Yesus (Kis. 10:42). Kesaksian hidup melalui perbuatan-perbuatan yang baik haruslah menjadi wujud nyata iman kita akan Yesus Kristus. Di tengah masyarakat, keramahtamahan, sukacita, dan kebahagiaan hendaknya membawa orang lain yakni sesama kita untuk mengalami kemurahan hati Allah.
Di antara saudara-saudari seiman, semangat iman yang tumbuh haruslah meneguhkan mereka yang mengalami kehancuran, kesedihan, kesulitan, ketidakberdayaan, serta ketidakpastian hidup. Kita tidak boleh hanya mengalami kebahagiaan sendiri. Kita berbagi dan bersama dengan seluruh lapisan masyarakat, baik bawahan maupun para pemimpin untuk solider. Solidaritas yang ditunjukkan oleh Yesus kepada para pengikut-Nya dan subsidiaritas yang diteruskan para murid kepada Gereja menjadi inspirasi Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta.
Keuskupan Agung Jakarta melalui Arah Dasar-nya mengajak kita umat beriman untuk melaksanakan semangat kebangkitan Kristus dengan berbagi, memiliki solidaritas, dan subsidiaritas. Kita tidak boleh berpangku tangan saja, melainkan turut ambil bagian dalam berbagi, berbela rasa, dan menggerakkan seluruh aspek kehidupan kita. Hal tersebut agar kita dapat membangun dunia ini menjadi Kerajaan Allah.
Salam dan cinta penuh kasih,
Salam kebangkitan,
Rm. Aloysius Yus Noron, Pr.
Pastor Paroki Kosambi Baru