Protes Parkir Kendaraan Umat di Setiap Perayaan
“Mobil siapa sih yang parkir di depan ini?” tanya seorang kasir mini market.
“Iya nih, parkir orang gereja. Brengsek emang.” Jawab salah satu karyawan laki-laki dari teras minimarket. Waktu itu hari Kamis menjelang misa pertama Kamis Putih.
Percakapan ini terdengar jelas saat penulis sedang mampir mini market untuk belanja. Ternyata ada yang merasa terganggu dengan kendaraan umat yang diparkir sembarangan di depan sebuah mini market. Mungkin keluhan ini mewakili sebagian dari warga yang tinggal di seputar gereja, yang kadang terganggu oleh keberadaan mobil umat yang posisi parkirnya menghalangi akses penghuni.
Ketika Bubaran Ibadat Bersamaan Dengan Saat Ngabuburit
Perayaan Pekan Suci tahun 2024 ini agak berbeda situasinya dengan perayaan-perayaan sebelumnya, karena bersamaan dengan bulan Ramadan. Panitia paskah sudah membuat rencana rekayasa lalu lintas seputar gereja, diantaranya adalah jalur satu arah di depan kantor BCA. Tetapi, karena arus lalu lintas ini bersinggungan dengan aktivitas warga yang tinggal di perumahan Kosambi Baru, pengaturan sistem oneway menjadi sulit dijalankan.
Upaya pengaturan lalu lintas di seputar gereja St. Matias Rasul dan pemberlakuan oneway menjadi salah satu cara untuk membantu menghindari kemacetan. Selama Perayaan Pekan Suci, Panitia paskah disebar di beberapa titik, diantaranya di seputar gerbang belakang pintu keluar masuk kompleks Kosambi Baru, sebagian lagi di pintu keluar Pasar Laris.
“Kami ada lebih dari 25 orang yang bertugas mengatur lalu lintas, baik pada saat Rabu Abu maupun sepanjang Pekan Suci. Banyak cerita yang disampaikan oleh teman-teman yang bertugas, dari menghadapi pemotor yang suka nyerobot jalan, hingga dimaki oleh warga penghuni sekitar gereja. Apalagi pada saat Misa atau Ibadat pertama Tri Hari Suci kali ini bersamaan dengan saat ngabuburit bulan Ramadan. Pintu exit perumahan Kosambi dengan jalan Kresek Raya menjadi titik kunci kepadatan.” Demikian penjelasan Fransiskus Jonni selaku panitia Paskah 2024 yang menangani lalu lintas selama pekan prapaskah dan pekan suci
“Banyak juga umat yang tidak mau mengikuti arahan petugas saat selesai Misa Tri Hari Suci. Sangat disayangkan kalau umat kita sendiri tidak disiplin.” Lanjut pak Jonni.
“Pada saat bubaran ibadat pertama Jumat Agung, antrian kendaraan yang akan keluar pertigaan Jl. Raya Duri Kosambi mengular sampai depan Klinik Bina Sejahtera. Karena pintu keluar gerbang Kosambi belakang maupun keluar pasar laris padat, maka kendaraan di arahkan menuju arah kantor kelurahan Kosambi. Kebetulan saat itu juga bersamaan dengan kegiatan ngabuburit. Volume kendaraan di berbagai ruas jalan cukup padat.” Tambah Pak Ign. Hartono Sanusi, anggota Panitia Paskah 2024.
Pak Jeffry, salah satu umat paroki, juga menyampaikan adanya antrian panjang arus lalu lintas dari arah Greenlake City menuju jalan Kresek usai ibadat pertama Jumat Agung yang bersamaan dengan saat ngabuburit.
“Ada baiknya kalau diadakan dialog dan pendekatan dengan warga di seputar gereja yang terdampak macet dan parkir, barangkali ada masukan atau paling tidak minta ijin dan pengertian dari penghuni sekitar gereja supaya tidak muncul emosi yang tinggi. Karena bagi mereka kondisi ini akan berulangkali mereka alami.” Demikian usul Pak Data Winarta mengamati dinamika yang terjadi terkait reaksi terhadap lalu lintas dan keberadaan kendaraan umat.
“Alangkah baiknya jika semua ketua 4 RW di perumahan Kosambi Baru, yaitu RW 09, RW 10, RW 13 dan RW 15 diundang duduk bersama, tatap muka untuk menjalin silaturahmi dan berembug soal penanganan lalu lintas, khususnya pada saat perayaan-perayaan besar Natal dan Paskah. Mereka akan merasa lebih dihargai dan didengar, ketimbang hanya diberi pemberintahuan dengan secarik kertas. Jangan sampai ada kesan kita berjarak dengan warga seputar gereja.” Saran Pak Jonni.
Masalah parkir ini memang menjadi persoalan yang tidak mudah penyelesaiannya. Mungkin gereja-gereja lain juga mengalami kondisi yang sama. Berulangkali Romo Paroki menghimbau umat agar tidak parkir di badan jalan di seputar gereja, karena kadang menghalangi warga yang tinggal di seputaran gereja. Menambah area parkir juga bukan solusi, tidak hanya karena mahalnya harga lahan, tetapi juga ada aturan yang bisa merugikan gereja ketika memiliki lahan melebihi batas tertentu.